Lirik Udang Galah, Cangkul Ditanggalkan

Ini adalah kisah dari Indonesia berkenaan penternak udang galah. Jika tak faham bahasanya, coba2lah agak maknanya. Tidak pun tanyalah bibi si amah rumah anda..

MATAHARI condong ke ufuk barat. Akhir pekan lalu, langit terlihat keemasan. Sore itu di kawasan Pantai Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tak ada mendung menggantung.
Sobihin (41), pembudidaya udang galah di Kecamatan Cisolok, menyusuri jalan tanah selebar tidak sampai setengah meter di Desa Karang Papak, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Tubuh Sobihin dibalut kaus putih dipadu celana bermuda coklat muda. Tangannya menggenggam jaring.

Jalan itu membelah hamparan sawah model terasering yang telah menjelma menjadi kolam-kolam. Di salah satu kolam, ia melemparkan jaring lalu menariknya ke pinggir. Wajah Sobihin langsung sumringah tatkala melihat di jalanya terdapat sejumlah udang galah.

Selama setahun terakhir, Sobihin mencoba menggeluti pengembangan udang galah. Sepetak tanah berukuran 600 meter persegi di belakang rumahnya, yang sebelumnya selalu ditanami padi, dijadikan kolam udang galah.

"Setelah mencoba menanam udang galah, ternyata hasil panennya bagus. Setiap tiga bulan saya bisa memanen udang dengan untung sekitar Rp 1.000 per meter persegi. Melihat hasilnya bagus, saya nekat menyewa beberapa petak sawah yang berdekatan dengan kolam saya," katanya.

Hal serupa dilakukan ratusan warga di tiga kecamatan daerah pesisir, yaitu Cisolok, Cikakak, dan Palabuhan Ratu. Beni (37), warga Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, mengaku sudah setahun menggeluti budidaya udang galah dengan menyewa lahan seluas 1.000 meter persegi.

"Ternyata hasilnya jauh lebih besar dibanding bercocok tanam. Dengan menanam padi seluas 1.000 meter persegi, biasanya saya hanya memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 1,5 juta setahun. Kini untung saya Rp 4 juta per tahun dalam empat kali panen," ujarnya.

UDANG galah tergolong kebal penyakit. Selama ini gangguan penyakit hanyalah putih susu, yaitu bercak putih pada punggung udang yang bisa menyebabkan kematian maupun kecacatan udang. "Selain itu, harus diwaspadai gangguan hewan pemangsa udang, seperti biawak," kata Wahyu Jauhari, ketua kelompok tani udang galah Harapan Makmur.

Kemudahan lain, pasokan air untuk kolam masih berlimpah dari Sungai Cimandiri dan Cimaja. "Memang daerah sini cocok untuk budidaya udang galah. Usaha ini juga tidak membutuhkan air banyak karena air kolam terus mengalir dan akhirnya kembali ke sungai. Sebelumnya memang timbul masalah pembagian air, tapi kini sudah teratasi," kata Kepala Seksi Pengembangan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi Subtomy Subas.

Tahap pembudidayaan udang galah mulai dari pembenihan, pemeliharaan tokolan satu (usia benih udang dari 0-45 hari), pemeliharaan tokolan kedua (usia 0 hingga 60 hari), sampai yang terakhir pembesaran untuk konsumsi. "Sejak masih tokolan satu, udang galah sudah bisa dipanen," kata Wahyu.

Sebagian besar petani sudah bisa melakukan proses pemeliharaan tokolan hingga pembesaran udang galah. Tiap 1.000 meter persegi, ditanam benih udang galah 5.000-7.000 ekor. "Sampai sekarang kami masih sulit melakukan pembenihan karena membutuhkan modal besar dan kemampuan teknis tinggi. Jadi, kami memilih membeli benih udang Rp 40 per ekor," ujar Wahyu.

Begitulah sekelumit kisah petani yg bertukar menjadi penternak untuk menambahkan pendapatan. By the way, kalau tuan bijak bestari yg mana satu udang jantan, yang mana udang betina...